Semoga Keberadaan Blog Ini Dapat Memberikan Informasi Yang Bermanfaat Bagi Anda

Langkah-langkah Menghadapi Gempa Bumi (Bagian 1)




Gempa di Bantul
Setelah gempa dan tsunami besar yang terjadi di Aceh, beberapa wilayah Indonesia berturut-turut mengalami bencana gempa. Mengapa Indonesia rawan oleh gempa?? Indonesia rawan gempa karena terletak di antara tiga lempeng Euro Asia, Pasifik, dan Indo-Australia. Tsunami pun tercatat sering terjadi di Indonesia. Tsunami tertua di Indonesia tercatat terjadi di Laut Banda 17 Februari 1674. Berdasarkan olahan dari berbagai sumber data, diketahui selama kurun waktu 200 tahun (1801-2000) tidak kurang 161 tsunami terjadi di Indonesia. Jadi. Kita dapat menyimpulkan bahwa gempa dan tsunami bukan hal baru di Indonesia dan memiliki peluang untuk terjadi.

Meskipun begitu, Pemerintah Indonesia belum cukup melakukan langkah-langkah antisipatif untuk meminimalisasi dampak gempa dan tsunami. Pemerintah perlu melakukan penelitian yang intensif yang memberdayakan keterlibatan perguruan tinggi, mengembangkan sistem peringatan dini bekerjasama dengan negara-negara di kawasan regional, melakukan penyuluhan bencana di berbagai wilayah tanah air yang rawan gempa bumi dan tsunami, memiliki alat pendeteksi gempa, membangun tanggul di pesisir untuk menahan tsunami dan mengembangkan pembangunan rumah tahan gempa, dan langkah-langkah lainnya.

Beda halnya dengan Jepang, Jepang sebagai negara yang amat sering dilanda gempa dan tsunami memberi perhatian besar dalam penelitian berbagai fenomena kegempaan. Jepang sudah intensif meneliti gempa sejak tahun 1965. Menurut laporan dari United Nation Development Programme (UNDP) tentang Natural Disaster Risk Reducation, yang dirilis Agustus 2004 mencatat, bahwa berdasarkan catatan gempa tahun 1980 s/d 2003, gempa dengan kekutan 5,5 SR keatas Indonesia menempati posisi dua dunia setelah China dengan rata-rata frekuensi gempa 5,5 SR keatas 1,62 kali pertahun. Sementara Jepang dalam posisi ke empat dengan frekuensi 1,14 per tahun. Dilihat dari data ini, kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya resiko terjadinya gempa di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Jepang. Jadi, sudah selayaknya Indonesia mulai belajar dari Jepang tentang langkah-langkah antisipatif dalam menghadapi gempa.

Dari negara-negara dunia yang memiliki top score frekuensi terjadinya gempa dahsyat, Jepang dipandang yang paling memiliki system peringatan bahaya termaju di dunia. Sistem canggih ini dicapai oleh rakyat Jepang melalui liku-liku yang pedih dalam sejarah gempa dan tsunami di negaranya dan telah dirintis selama lima puluh tahun. Kalau saya bandingkan ketika saya tinggal di Indonesia dengan di Jepang, di Jepang saya sudah berulangkali mengalami gempa-gempa berskala kecil dan sedang, sedangkan di Indonesia di tempat saya tinggal tidak sama sekali mengalami gempa. Menurut pendapat saya, barangkali karena Indonesia memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan Jepang (5 kali luas Jepang), jadi meski gempa dan tsunami sering terjadi hanya terjadi di daerah-daerah tertentu saja. Mungkin, tingginya frekuensi gempa di Jepang inilah yang menjadi pendorong bagi Jepang untuk memiliki sistem yang canggih.

Kemampuan Jepang untuk bisa mengantisipasi gempa bukan hanya menyangkut masalah kemampuan materi sehingga bisa memiliki peralatan dan jaringan yang canggih, tetapi juga karena terjadinya koordinasi yang bagus antara berbagai lembaga di Jepang. Jepang juga memberikan perhatian yang tinggi terhadap pembentukan budaya masyarakat tentang kesadaran akan bencana alam. Peningkatan pengetahuan tentang bencana itu sendiri serta cara-cara penyelamatannya. Karena untuk menyediakan peralatan dan jaringan yang canggih Indonesia masih terbentur masalah dana, langkah yang paling memungkinkan untuk kita lakukan adalah pembentukan koordinasi antar lembaga dan pembetukan budaya masyarakat tentang kesadaran akan bencana alam. Memang melakukan hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semuanya perlu usaha panjang dengan berbagai try and error, dan itu telah ditunjukkan oleh Jepang. Kapan lagi kalau bukan sekarang waktunya bagi kita untuk segera memulainya. Yang penting dipikirkan juga kelangsungan jangka panjangnya. Jepang saja yang telah memulainya lima puluh tahunan yang lalu, kinipun tetap berusaha mencari kelemahan sistem mereka untuk terus diperbaiki. Daripada kita sekedar berandai-andai, sebaiknya kita melakukan usaha-usaha nyata agar banyaknya korban-korban yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Aceh dan berbagai wilayah di Indonesia bisa dicegah untuk ke depannya. Kita harus bisa belajar dari pengalaman masa lalu dan melakukan langkah-langkah antisipatif dimulai dari yang memungkinkan untuk dilakukan.

Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Langkah-langkah Menghadapi Gempa Bumi (Bagian 1)"

Berikan Komentar Anda

Back To Top